GAGAL JANTUNG KONGESTIF
PENGERTIAN
Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.
PENYEBAB GAGAL JANTUNG
Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.
PENYEBAB GAGAL JANTUNG
1. Penyebab gagal jantung dikelompokkan
sebagai berikut:
-
Disfungsi
miokard (kegagalan miokardial)
-
Beban
tekanan berlebihan - pembebanan sistolik (systolic overload)
-
Beban volume
berlebihan - pembebanan diastolic (diastolic overload)
-
Peningkatan
kebutuhan metabolik - peningkatan kebutuhan yang berlebihanan (demand
overload)
2. Gangguan pengisian (hambatan
input)
PENCETUS
Hipertensi, infark, emboli paru, infeksi,
aritmia, anemia, febris, stress emosional, kehamilan/persalinan, pemberian
infus/tranfusi.
PATOFISIOLOGI
Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan menimbulkan bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward congestion). Hambatan pengaliran (forward failure) akan menimbulkan adanya gejala backward failure dalam sistim sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah upaya tubuh untuk mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantung ialah : dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berupa takikardi dan vasikonstriksi perifer, peninggian kadar katekolamin plasma, retensi garam dan cairan badan dan peningkatan eksttraksi oksigen oleh jaringan. Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri bersama-ama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut Gagal Jantung Kongestif (CHF). Skema berikut menjelaskan terjadinya gagal jantung, sehingga menimbulkan manifestasi klinik dan masalah keperawatan Proses Terjadinya masalah keperawatan
PATOFISIOLOGI
Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan menimbulkan bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward congestion). Hambatan pengaliran (forward failure) akan menimbulkan adanya gejala backward failure dalam sistim sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah upaya tubuh untuk mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantung ialah : dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berupa takikardi dan vasikonstriksi perifer, peninggian kadar katekolamin plasma, retensi garam dan cairan badan dan peningkatan eksttraksi oksigen oleh jaringan. Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri bersama-ama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut Gagal Jantung Kongestif (CHF). Skema berikut menjelaskan terjadinya gagal jantung, sehingga menimbulkan manifestasi klinik dan masalah keperawatan Proses Terjadinya masalah keperawatan
Penurunan Cardiac Output (Curah
jantung)
CHF terjadi akibat kerusakan otot
miokard dimna ketidakmampuan jantung memompakam sejumlah darah untuk mencukupi
kebutuhan jaringan tubuh.
-
Gangguan
perfusi jaringan
CO yang menurun, hipoksia, asidosis,
syok menyebabkan hipoperfusi jaringan
-
Gangguan
volume cairan
CO yang menurun menyebabkan GFR menurun, stimulasi angiotensin, aldosteron yang mengakibatkan retensi Na, ADH meningkat, dan air meningkat.
-
Gangguan/potensial
pertukaran gas
Miokard gagal, LVEP meningkat,
menyebabkan PCWP meningkat, akhirnya pertukaran gas terganggu.
-
Gangguan
/potensial integritas kulit
Istirahat di tanpat tidur yang lama,
edema, CO menurun, mengakibatkan gangguan sirkulasi kulit
-
Gangguan/potensial
aktifitas
Menurunnya perfusi ke otat skletal
mengakibatkan metabolisme anaerob akhirnya timbul kelemahan/lelah.
GEJALA GAGAL JANTUNG KIRI :
GEJALA GAGAL JANTUNG KIRI :
Keluhan
berupa perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebar-debar, sesak napas, batuk,
anoreksia, dan keringat dingin, batuk dan atau batuk berdarah, fungsi ginjal
menurun.
GEJALA GAGAL JANTUNG KANAN:
Edema,
anoreksia, mual, asites, sakit daerah perut
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Tidak ada
pemeriksaan khusus yang dapat menegakkan diagnosis gagal jantung (T. Santoso,
Gagal jantung 1989). Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui
sejauh mana gagal jantung telah mengganggu fungsi-fungsi organ lain seperti :
hati, ginjal dan lain-lain.
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN:
A. Radiologi:
-
Bayangan
hili paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke pinggir berkurang
-
Lapangan
paru bercak-bercak karena edema paru
-
Distensi
vena paru
-
Hidrothorak
-
Pembesaran
jantung, Cardio-thoragic ratio meningkat
B. EKG :
Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik, hipertropi ventrikel, gangguan irama) dan tanda-tanda faktor pencetus akut (infark miokard, emboli paru)
Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik, hipertropi ventrikel, gangguan irama) dan tanda-tanda faktor pencetus akut (infark miokard, emboli paru)
C. Ekokardiografi
:
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi penyebab gagal jantung
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi penyebab gagal jantung
D. Kateterisasi
Jantung:
Pada gagal
jantung kiri didapatkan (VEDP ) 10 mmHg atau Pulmonary
arterial wedge Pressure > 12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung
lebih rendah dari 2,7 lt/mnt/m2 luas permukaan tubuh.
PENATALAKSANAAN
Menurut prioritas terbagi atas 4
kategori :
1. Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi
sistemik
2. Menurunkan volume cairan yang
berlebihan
3. Mencegah terjadinya komplikasi Post
Op.
4. Pengobatan pembedahan (Komisurotomi)
5. Pendidikan kesehatan yang menyangkut
penyakit, prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan
ad. 1 Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi
sistemik:
-
Istirahat
total/tirah baring dalam posisi semi fowler
-
Memberikan
terapi Oksigen sesuai dengan kebutuhan
-
Memberikan
terapi medik : digitalis untuk memperkuat kontraksi otot jantung
ad.2 Menurunkan volume cairan yang
berlebihan
-
Memberikan
terapi medik : diuretik untuk mengurangi cairan di jaringan
-
Mencatat
intake dan output
-
Menimbang
berat badan
-
Restriksi
garam/diet rendah garam
ad.3 Mencegah terjadinya komplikasi
-
Mengatur
jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan klien
-
Mencegah
terjadinya immobilisasi akibat tirah baring
-
Merubah
posisi tidur
-
Memperhatikan
efek samping pemberian medika mentosa; keracunan digitalis
-
Memeriksa
atau memonitor EKG
ad.4 Pengobatan pembadahan Komisurotomi
Hanya pada
regurgitasi aorta akibat infeksi aorta, reparasi katup aorta dapat
dipertimbangkan. Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat penyakit lainnya
umumnya harus diganti dengan katup artifisial. Indikasi pada keluhan
sesak napas yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan symptomatik. Bila
ekhokardiografi menunjukkan sistole ventrikel kiri 55 mm, atau fractional
shortning 25% dipertimbangkan untuk tindakan operasi sebelum timbul gagal
jantung.
ad.5 Pendidikan kesehatan, menyangkut penyakit, prognosis,
pemakaian obat-obatan serta mencegah kekambuhan
-
Menjelaskan
tentang perjalanan penyakit dan prognosisnya
-
Menjelaskan
tentang kegunaan obat-obat yang digunakan, serta memberikan jadwal pemberian
obat
-
Merubah gaya
hidup/ kebiasaan yang salah : merokok, stress, kerja berat, minum alkohol,
makanan tinggi lemak dan kolesterol
-
Menjelaskan
tentang tanda-tanda serta gejala yang menyokong terjadinya gagal jantung,
terutama yang berhubungan dengan kelelahan, lekas capai, berdebar-debar, sesak
napas, anoreksia, keringat dingin
-
Menganjurkan
untuk kontrol semua secara teratur walaupun tanpa gejala
-
Memberikan
dukungan mental; klien dapat menerima keadaan dirinya secara nyata/realitas
akan dirinya baik
PENGKAJIAN DATA
1. Aktifitas dan istirahat
-
Adanya
kelelahan/exhaustion, insomnia, letargi, kurang istirahat
-
Sakit dada,
dispnea pada saat istirahat atau saat beraktivitas
2. Sirkulasi
-
Riwayat
hipertensi, kelainan katup, bedah jantung, endokarditis, anemia, septik syok,
bengkak pada kaki, asites, takikardi
-
Disritmia,
atrial fibrilasi, prematur ventricular contraction
-
Bunyi S3
gallop, adanya bunyi CA, adanya sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan
JVP
-
Adanya nyeri
dada, sianosis, pucat,ronchi, hepatomegali
3. Status Mental :
-
Cemas,
ketakutan, gelisah, marah, iritabel/peka
-
stress
sehubungan dengan penyakitnya, sosial finansial
4. Eliminasi
-
Penurunan
volume urine, urine yang pekat
-
Nocturia,
diare dan konstipasi
5. Makanan dan cairan
-
Hilang nafsu
makan, nausea, dan vomiting
-
Udem
di ekstremitas bawah, asites
6. Neurologi
· Pusing , pingsan, kesakitan
· Lethargi, bingung, disorientasi, iritabel
7. Rasa nyaman
· Sakit dada, kronik/akut angina
6. Neurologi
· Pusing , pingsan, kesakitan
· Lethargi, bingung, disorientasi, iritabel
7. Rasa nyaman
· Sakit dada, kronik/akut angina
8. Respirasi
· Dispnoe pada waktu aktivitas, takipnoe
· Tidur dan duduk, riwayat penyakit paru-paru
9. Rasa aman
· Perubahan status mental
· Gangguan pada kulit/dermatitis
10. Interaksi sosial
· Aktifitas sosial berkurang
PRIORITAS PERAWATAN
1. Meningkatkan kontraktilitas miokard/ perfusi jaringan sistemik
2. Menurunkan kelebihan volume cairan
3. Mencegah komplikasi Post op.
4. Memberikan informasi mengenai penjahit, prognosa , terapi dan pencegahan terhadap pengulangan penyakit
DIAGNOSA PERAWATAN YANG SERING
TIMBUL :
1. Penurunan cardiac output sehubungan
dengan penurunan kontraktilitas miokard , ditandai dengan : Peningkatan heart rate,perubahan
tekanan darah,penurunan urine output,adanya S3 dan S4, chest pain .
2. Keterbatasan melakukan
aktifitas sehubungan dengan adanya ketidak seimbangan antara suplay
dan demand oksigen, ditandai dengan : kelemahan, kelelahan, perubahan
tanda-tanda vital , disritmia, dispnoe, diaporesis
3. Gangguan keseimbangan cairan, lebih
dari kebutuhan sehubungan dengan penurunan GFR, ditandai dengan : bunyi jantung
3, orthopnoe, oliguria, edema, perubahan Berat Badan, Hipertensi, respirasi
distress, suara nafas abnormal
4. Resiko tinggi kegagalan pertukaran
gas sehubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli karena adanya
penumpukan cairan di rongga paru
5. Resiko kerusakan integritas kulit
sehubngan dengan oedema ,penurunan perfusi ke kulit
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit,
kondisi dan pengobatan sehubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan :
pasien bertanya, pernyataan pasien yang salah.
Perencanaan :
PENURUNAN
CARDIAC OUT PUT SEHUBUNGAN DENGAN MENURUNYA KONTRAKSI MYOCARD
Rencana Tindakkan
Rasionalisasi
Rasionalisasi
·
Monitor
tanda-tanda vital, yaitu : heart rate, tekanan darah
Takhikardia mungkin ada karna nyeri, kecemasan, hipoksemia,
dan menurunnya Cardiac Output. Perubahan bisa juga terjadi dalam
tekanan darah(hipertensi atau hipotensi) karena respons kardia.
Takhikardia mungkin ada karna nyeri, kecemasan, hipoksemia,
dan menurunnya Cardiac Output. Perubahan bisa juga terjadi dalam
tekanan darah(hipertensi atau hipotensi) karena respons kardia.
·
Evaluasi
status mental, catat perkembangan kekacauan, disorientasi
Menurunnya perfusi otak dapat mengakibatkan perubahan observasi/
pengenalan dalam sensori.
Menurunnya perfusi otak dapat mengakibatkan perubahan observasi/
pengenalan dalam sensori.
·
Catat warna
kulit, adanya/ kuwalitas pulse Sirkulasi periferal turun ketika Cardiac Output
menurun, membuat/menjadikan warna pucat/abu-abu bagi kulit (tergantung dari derajat
hipoksia) dan penurunan kekuatan dari denyut periferal.
·
Auskultasi
suara pernapasan dan suara jantung. Dengarkan adanya murmur. S3, S4, atau
bising dapat terjadi dengan dekompensasi kordis atau beberapa
pengobatan(terutama Betabloker). Berkembangnya murmur bisa menunjukkan adanya
kelainan pada katub dengan rasa nyeri: stenosis aorta, mitral stenosis, atau
ruptur otot papilari.
·
Pertahankan
bedrest dalam posisi yang nyaman selam periode akut.Menurunnya
konsumsi/keseimbangan O2 mengurangi beban kerja otot jantung dan resiko
dekompensasi.
·
Berikan
waktu istirahat yang cukup/adekuat. Kaji dengan / bentuk aktifitas perawatan
diri, jika diindikasikan.Cadangan energi, menurunkan beban kerja otot jantung.
·
Ketegangan
perlu dihindari terutama pada saat defekasi.Serangan valsava menyebabkan stimulasi
vagal, menurunkan heart rate(bradicardia) yang mungkin diikuti dengan
takhikardi diantara meningkatnya cardiac output.
·
Anjurkan secara
cepat melaporkan bila terjadi nyeri untuk pemberian obat sesuai yang
diindikasikan. Tindakan yang tepat waktu, dapat menurunkan konsumsi O2 dan
beban kerja otot jantung dan bisa mencegah/ meminimalkan Cardiac Output.
·
Monitor dan
catat efek atau reaksi dari pengobatan, catat tekanan darah, nadi dan iramanya
(terutama waktu pemberian kombinasi Ca-antagonis, betha-blocker dan nitrat). Efek
yang diharapkan ada penurunan kebutuhan oksigen miokardium yang
diakibatkan oleh penurunan tekanan ventrikel. Obat dengan inotropik
negatif dapat menurunkan perfusi pada sebagaian besar miokardial iskhemik.
Kombinasi nitrat dan betha-blocker memiliki efek kumulatif pada cardiac
output.
·
Kaji tanda
dan gejala CHF Angina satu-satunya gejala yang mendasar penyakit yang menyebabkan
iskhemia miokardial.Penyakit mungkin dikompromisasikan oleh fungsi kardia
yang mengalami kegagalan.
Kolaboratif
·
Catat O2
tambahan yang dibutuhkan Penambahan oksigen yang sudah ada untuk diambil
kembali untuk memperbaiki, mengurangi iskhemia dan asam laktat
·
Catat
obat-obat yang diindikasikan Betha-blockers, seperti atenolol (Tenormin),
nadolol (Corgard), propranolol (Inderal), esmolal (Brebivbloc).Meskipun berbeda
dan cara reaksinya, Ca channel blocker berperan utama dalam mencegah dan mengakhiri
iskhemia. yang disebabkan oleh spasme arteri koronaria dan dalam mengurangi
resistensi vaskuler, demikian juga penurunan tekanan darah dan kerja
jantung.Obat ini untuk menurunkan kerja jantung dengan menurunkan nadi dan
tekanan darah sistol. Catat: overdosis yang mengakibatkan dekompensasi
jantung
·
Bisakan
usakan dan persiapan untuk tes ketegangan dan kateterisasi jantung, ketika
diindikasikan Tes ketegangan memberikan informasi tentang kesehatan/ kekuatan dari
ventrikel, yang sepenuhnya menentukan ketepatan tingkat aktifitas.Angiografi
mungkin menunjukkan identifikasi area dari obstr5uksi/ kerusakan arteri
koronaria yang membutuhkantindakan bedah.
·
Persiapkan
untuk tindakan bedah PTCA, bila diindikasikan perbaikan katub, CABGPTCA menjadi
suatu prosedur yang dapat diterima pada 15 tahun terakhir ini. PTCA
meningkatkan aliran darah jantung oleh tekanan lesi atheroma dan dilatasi dari
lumen pembuluh darah dalam arteri koronaria yang tersumbat.Prosedur ini
mungkin.CABG diperkenankan ketika testing menunjukkan iskhemi miokardial yang
diakibatkan oleh penyakit arteri koronaria sebelum kiri atau gejala dari
penyakit trikuspidalis.
·
Siapkan
perpindahan unut perawatan utama jika kondisi yang mengharuskan Nyeri dada yang
sangat atau lama dengan menurunnya Cardiac Output menunjukkan
perkembangan komplikasi yang membutuhkan lebih intensif/ tindakan
emergensi.
Kelebihan cairan sehubungan dengan menurunnya filtrasi
glomerulus (berkurangnya cardiac output) atau meningkatnya ADH dan
Sodium/retensi cairan.
Ditandai dengan :
- Ortopnoe, suara jantung S3,S4
- Oliguria, edema, JVD, reflek hepatojugular (+)
- Hipertensi
- Respiratory distress
- Suara pernapasan yang abnormal
Kriteria hasil :
- Gambaran adanya kestabilan volume caiaran dengan seimbangnya intake output.
- Bunyi napas yang jernih
- Tanda vital dalam batas normal
- Berat badan stabil dan tidak ada edema.
Intervensi Keperawatan :
Ditandai dengan :
- Ortopnoe, suara jantung S3,S4
- Oliguria, edema, JVD, reflek hepatojugular (+)
- Hipertensi
- Respiratory distress
- Suara pernapasan yang abnormal
Kriteria hasil :
- Gambaran adanya kestabilan volume caiaran dengan seimbangnya intake output.
- Bunyi napas yang jernih
- Tanda vital dalam batas normal
- Berat badan stabil dan tidak ada edema.
Intervensi Keperawatan :
a. Monitor
output urine, catat jumlah dan warnanya.
Output urine mungkin sangat sedikit dan pekat, karena menurunnya perfusi jaringan.
Output urine mungkin sangat sedikit dan pekat, karena menurunnya perfusi jaringan.
b. Monitor/hitung
intake output 24 jam Terapi
diuretik bisa mengakibatkan kehilangan cairan yang tiba-tiba (hipovolemi)
selagi edema / asites masih ada.
c. Atur posisi
semi fowler selama fase akut Dengan posisi berbaring semi fowler meningkatkan filtrasi glomerulus dan
mengurangi produksi ADH sehingga menambah diuresis.
d. Tetapkan
jadwal intake cairan, dipadukan dengan minuman yang disukai ketika memungkinkan.
Berikan perawatan mulut/irisan es
Melibatkan
klien dalam pengobatan menambah arti dari pengontrolan dan pembatasannya.
e. Timbang
berat badan setiap hari Mendokumentasikan
perubahan edema dalam respon terhadap terapi, diuretik dapat mengakibatkan perubahan
cairan dan kehilangan berat badan.65r
f. Periksa
tubuh dari edema dengan/tanpa pitting, catat adanya edema seluruh tubuh
(anasarka) Retensi
cairan yang berlebihan dimanifestasikan dengan adanya edema. Meningkatnya
kongesti vaskuler yang akhirnya mengakibatkan edema jaringan sistemik.
g. Auskultasi
suara pernapasan, catat penurunan dan atau suara tambahan, misalnya wheezing.
Catat adanya peningkatan dispnea, tachipnea, paroximal dispnea, batuk yang
menetap.Volume
cairan yang berlebihan kadang-kadang mempermudah kongesti paru. Gejala oedema
paru menandakan adanya gagal jantung kiri.
h. Monitor
tekanan darah dan CVP (jika ada) Hipertensi dan meningkatnya CVP menandakan volume
cairan yang berlebihan dan mereflesikan/meningkatnya kongesti paru, gagal
jantung
i.
Palpasi adanya hepatomegali. Catat keluhan nyeri pada
kwadran atas bagian kanan Bertambah
beratnya gagal jantung menambah kongesti vena , mengakibatkan distensi perut
dan nyeri. Ini dapai merubah fungsi hati dan merugikan metabolisme obat.
j.
Catat peningkatan letargi, hipotensi dan kekuatan otot Tanda dari kekurangan potassium
yang terjadi selama perubahan cairan dan terapi diuretik.
Kolaborasi :
Kolaborasi :
a.
Berikan pengobatan seperti yang diindikasikan
-
Diuritik misalnya : Furosemic (lasix), bumetamid
Meningkatkan aliran urine dan menghalangi reabsorsi dari sodium/klorida didalam tubulus ginjal.
Meningkatkan aliran urine dan menghalangi reabsorsi dari sodium/klorida didalam tubulus ginjal.
-
Thiazide dengan potasium jumlah sedikit, misalnya :
spironolactone (aldactone)
Meningkatnya diuresis tanpa kehilangan potassium yang berlebihan.
Meningkatnya diuresis tanpa kehilangan potassium yang berlebihan.
-
Pengganti potasium misalnya K Dur
Pengganti potasium yang hilang sebagai efek samping dari therapi deuritik yang mana dapat mempengaruhi jantung.
Pengganti potasium yang hilang sebagai efek samping dari therapi deuritik yang mana dapat mempengaruhi jantung.
b.
Pelihara cairan/sodium dalam batas-batas tertentu Menurunkan cairan tubuh/mencegah
pengumpulan kembali.
c.
Konsultasi dengan ahli gizi
Penting untuk melengkapi diet klien sesuai dengan kebutuhan kalori dengan jumlah sodium dalam batas-batas tertentu.
Penting untuk melengkapi diet klien sesuai dengan kebutuhan kalori dengan jumlah sodium dalam batas-batas tertentu.
4. Resiko tinggi gagal pertukaran gas
sehubungan perubahan pada membran alveolar misalnya pengumpulan
cairan/pertukaran pada ruang interstitial/alveoli
Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil :
-
Terlihat
adekuatnya ventilasi dan oksigenasi dari jaringan dimana dalam batas-batas
normal dan bebas dari gejala respiratory distress
-
Berpartisipasi
dalam pengobatan
Intervensi keperawatan :
1. Auskultasi suara pernafasan, catat
adanya wheezing
Menandakan adanya kongestif paru/pengumpulan sekresi
2. Ajarkan klien untuk batuk secara
efektif dan bernafas dalam
Membersihkan jalan nafas dan memudahkan pertukaran oksigen
3. Support klien untuk merubah
posisi
DAFTAR PUSTAKA :
Donna D, Marilyn. V, (1991), Medical Sugical Nursing, WB Sounders, Philadelpia
Doenges, Marylyn E (1993) ., Nursing Care Plans, Edisi III,
RS Jantung “Harapan Kita”,(1993) Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik, Kumpulan bahan kuliah, Edisi ke tiga,Jakarta,
Soeparman,(1987) Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar