JURNALHUBUNGAN
ANTARA INSOMNIA DAN DEPRESI
PADA
LANJUT USIA
- Nama Peneliti
Armi Kurnia Tarbiyati, Soewadi, Sumarni
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
- Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat: Di Kecamatan Mergangsan Yogyakarta pada tahun
2004
- Tujuan Penelitian
Untuk
mengetahui hubungan antara adanya gangguan tidur dengan kejadian depresi pada
lansia.
- Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non
eksperimen dengan rancangan cross sectional. Data primer diambil melalui
wawancara langsung dengan responden. Instrument penelitian berupa kuesioner
data pribadi, SPMSQ dan KSPBJ Insomnia Rating Scale. SPMSQ (The Short Portable
Mental Status Questionere) untuk skrining kemampuan kognitif lansia. SDG (Skala
Depresi Geriatri) untuk mengukur depresi pada lansia. KSPBJ (Kelompok Studi
Psikiatri Biologik Jakarta) Insomnia Rating Scale digunakan untuk mengetahui
skor dari insomnia. Hubungan antara insomnia dengan depresi dianalisis dengan
uji statistic Korelasi Pearson.
- Hasil Penelitian
Subyek
penelitian sebanyak 61 lansia di kecamatan Mergangsan. Kriteria responden yang
diikutsertakan dalampenelitian ini ditentukan oleh nilai SPMSQ yang memuat 10
pertanyaan, bila responden menjawab salah > 4 maka tidak diikutsertakan
dalam penelitian ini. Setelah lolos SPMSQ responden di wawancarai dengan
menggunakan SDG, bila skor > 4 maka responden dinyatakan depresi. Responden
dikatakan insomnia bila skor = 10.
Variabel
berdasarkan usia yaitu 60-88 tahun, dengan usia rata-rata 71,3 tahun. Usia
60-69 tahun berjumlah 28 orang (45,9%), usia 70-79 tahun berjumlah 24 orang
(39,3%) dan usia 80-90 tahun berjumlah 9 orang (14,7%). Pada kelompok usia
60-69 tahun yang mengalami depresi berjumlah 9 orang (14,7%), yang tidak
depresi 19 orang (31,2%), yang mengalami insomnia 10 orang (16,4%) dan yang
tidak insomnia 18 orang (29,5%). Pada kelompok usia 70-79 tahun yang mengalami
depresi berjumlah 8 orang (13,1%), yang tidak depresi 16 orang (26,2%), yang
mengalami insomnia 10 orang (16,4%) dan yang tidak insomnia 14 orang (22,9%).
Pada usia 80-90 tahun 5 orang (8,2%) mengalami depresi, yang tidak depresi 4 orang
(6,6%), yang mengalami insomnia 5 orang (8,2%) dan yang tidak insomnia 4 orang
(6,6%). Dari 61 responden yang depresi dan tidak insomnia sebanyak 36 orang
(59,1%). Responden yang depresi dan insomnia sebanyak 22 orang (36%). Responden
yang tidak depresi dan insomnia sebanyak 3 orang (4,9%).
Berdasarkan
variabel jenis kelamin, dari 61 responden 19 orang (31,1%) adalah laki-laki dan
42 orang (68,9%) perempuan. Pada responden laki-laki 5 orang (8,2%) mengalami
depresi, 14 orang (22,9%) tidak depresi, 5 orang (8,2%) mengalami insomnia dan
14 orang (22,9%) tidak insomnia. Pada responden perempuan 17 orang (27,9%)
mengalami depresi, 25 orang (41%) tidak depresi, 5 orang (8,2%) mengalami
insomnia dan 22 orang (22,9%) tidak insomnia.
Berdasarkan
status perkawinan, dari 61 responden 29 orang (47,5%) berstatus kawin dan 32
orang (52,5%) tidak kawin. Pada responden berstatus kawin, 11 orang (18%)
mengalami depresi, 18 orang (29,5%) tidak depresi, 10 orang (16,4%) mengalami
insomnia dan 19 orang (31,1%) tidak insomnia. Pada responden berstatus tidak
kawin, 11 orang (18%) mengalami depresi, 21 orang (34,5%) tidak depresi, 15
orang (24,6%) mengalami insomnia dan 17 orang (27,9%) tidak insomnia. Dari data
tersebut frekuensi depresi pada responden yang berstatus kawin dan yang tidak
kawin adalh sama, yaitu 11 orang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara
terjadinya depresi pada lansia berstatus kawin dan yang tidak kawin.
Berdasarkan
status pendidikan ada perbedaan yang cukup bermakna antara depresi pada lansia
dengan status responden yang sekolah dan tidak sekolah.
- Kesimpulan
Depresi
pada lansia di kecamatan Mergangsan Yogyakarta berjumlah 36,1% dan prevalensi
insomnia sebesar 44,26%. Terdapat pengaruh antara terjadinya depresi pada lansia terhadap insomnia,
jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Untuk status perkawinan tidak ada berpengaruh
terhadap terjadinya depresi.
- Saran Penelitian
a. Perlu perhatian dan penatalaksanaan khusus pada kasus
insomnia dan depresi pada lansia dari keluarga maupun orang-orang terdekat
karena hal tersebut bisa berdampak kurang baik pada kehidupan lansia sebagai
individu maupun dalam kehidupan sosial.
b. Perlu penatalaksanaan kesehatan lansia baik fisik dan
mental yaitu dengan adanya Posyandu lansia yang bertujuan untuk memantau
kesehatan para lansia di wilayah tersebut.
c. Perlu perhatian dan penatalaksanaan kesehatan fisik
dan mental lansia dari dinas kesehatan setempat.
d. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menghasilkan
kesimpulan yang lebih akurat sehingga lebih bermanfaat.
- Korelasi Antara Isi Jurnal dengan Realita Klinis
1.
Hasil penelitian
di jurnal ini
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap munculnya depresi adalah usia, jenis kelamin dan
tingkat pendidikan. Sedangkan status perkawinan tidak berpengaruh pada kejadian
depresi.
2.
Kondisi riil di
klinis atau lapangan
Usia
harapan hidup tertinggi dicapai oleh propinsi Daerah Yogyakarta. Factor
psikososial lansia merupakan permasalahan yang sangat membebani kehidupannya
dan akan berpengaruh terhadap gangguan fisik, mental dan social. Gangguan
mental yang sering dijumpai pada lansia adalah insomnia, cemas, depresi,
dimensia dan delirium. Hal-hal yang dapat menyebabkan depresi adalah
kekecewaan, perasaan terperangkap dalam situasi yang statis secara fisik maupun
psikis, cemas gelisah.
Depresi
pada lansia kadang-kadang tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan penanggungan
yang semestinya karena gejala-gejala yang muncul seringkali dianggap sebagai
proses penuaan yang normal. Dalam masyarakat perempuan lebih besar mengalami
depresi dibandingkan dengan laki-laki, ini disebabkan karena ada perempuan yang
bekerja dan mengurus rumah tangga, maka peluang muncul masalah yang dihadapi
lebih banyak sehingga dapat mengganggu pikiran dan dapat mencetuskan terjadinya
depresi dan insomnia.
- Perbandingan Isi jurnal dengan Teori Lain atau Hasil Penelitian yang Sudah Ada
Proses menua adalah suatu akumulasi secara
progresif dari berbagai perubahan patofisiologi yang terjadi dengan berlalunya
waktu yang meningkatkan kemungkinan diserang penyakit yang berdampak pada
kelainan fisik, mental maupun keduanya (Soewoto, 2002). Gangguan depresi yang
sering muncul pada lansia merupakan masalah psikososiogeriatri dan perlu
mendapat perhatian khusus.Proses menjadi lansia akan membawa perubahan pola tidur. Gangguan yang
sering dijumpai pada lansia adalah insomnia. Sepertiga dari populasi yang lebih
tua dari 65 tahun mengalami insomnia.Penelitian oleh Suryo 2003 menyatakan
bahwa dibandingkan dengan cemas dan nyeri maka kejadian depresi pada lansia
dengan insomnia adalah yang terbanyak. Marchia menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat depresi semakin besar kemungkinan mengalami insomnia.
REFERENSI
1.
Depkes RI. 2000. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III). Direktorat
Kesehatan Jiwa Depkes RI.
2.
Marchira, C.R. 2004. Kontribusi Dukungan Sosial Terhadap Insomnia pada
Lansia di Poli Geriatri RS dr. Sardjito Yogyakarta. FK UGM Yogyakarta.
3.
Suryo, S. 2003. Depresi sebagai Faktor Resiko Insomnia pada Lansia di RS
dr Sardjito Yogyakarta. FK UGM Yogyakarta.
ANALISA JURNAL
Judul
Judul penelitian ini adalah Hubungan antara Insomnia dan
Depresi Pada Lanjut Usia di Kecamatan Mergangsan Yogyakarta.
Saran :
Sebaiknya judul penelitian dicantumkan tahun penelitian
agar pembaca dapat mengetahui waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dengan
membaca judul jurnal.
Pendahuluan
Dalam jurnal ini dalam
pendahuluan telah tercantum latar belakang masalah dan tujuan penelitian
namun belum tercantum ruang lingkup serta manfaat dari penelitian. Latar
belakang penelitian ini sudah mengarah pada masalah mengapa peneliti berfokus
meneliti Hubungan antara Insomnia dan Depresi Pada Lanjut Usia di Kecamatan
Mergangsan Yogyakarta
Saran:
Sebaiknya dalam jurnal ini dicantumkan ruang lingkup serta manfaat dari penelitian sehingga
pembaca bisa mengetahui arah serta manfaat dari penelitian ini.
Tinjauan Pustaka
Dalam jurnal ini telah mencantumkan tinjauan pustaka.
Kerangka Konsep Dan Hipotesa
Dalam penelitian ini tidak dicantumkan kerangka konsep
dan hipotesa.
Saran :
Sebaiknya dalam jurnal ini diberikan gambaran kerangka
konsep atau kerangka teori sehingga pembaca dapat dengan mudah membaca alur
dari penelitian.
Gambaran kerangka konsep adalah :
|
|
||||||||||
|
Metode Penelitian
Desain
penelitian ini berupa non-eksperimental
jenis cross sectional. Data primer diambil melalui wawancara langsung dengan
responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner data pribadi, SPMSQ digunakan
untuk screning kemampuan kognitif lansia dan KSPBJ Insomnia Rating Scale yang digunakan untuk mengetahui score dari insomnia.
Penelitian
Pendukung
Dalam
penelitian ini telah dicantumkan penelitian pendukung.
Hasil
Cara
penyajian hasil penelitian dilakukan bentuk tulisan dan tabel. Penulisan hasil
dalam jurnal ini disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan secara diskriptif
dalam pembahasan sehingga pembaca dapat memahaminya.
Etika
Penelitian
Dalam
jurnal ini belum mencantumkan etika penelitian .
Saran
:
Sebaiknya
etika penelitian dicantumkan etika penelitian agar lebih memperkuat penelitian
ini.
Kesimpulan
dan Saran
Dalam
penelitian ini sudah tercantum kesimpulan dan saran, sehingga pembaca
mengetahui kesimpulan dari semua jurnal dan saran yang diberikan dapat
dijadikan masukan bagi lansia, keluarga yang mempunyai lansia dan petugas
kesehatan.
Aplikasi Di Lapangan
Penanganan yang dapat diberikan kepada lansia dengan depresi bisa terbagi
menjadi 2 macam:
1.
Dari lansia itu sendiri (penanganan ini adalah yang paling penting karena
berasal dari kemauan dan pengertian dari diri sendiri)
Penanganan yang berasal dari lansia itu sendiri adalah
menjalin hubungan sosial dan berpikiran positif. Segala sesuatu akan menjadi
hal yang menyenangkan apabila kita melihat hal tersebut dengan pandangan yang
positif karena sekaligus juga memberikan nilai positif bagi kepuasan kita
sendiri. Lansia-lansia bisa membuat kontak sosial dengan mengadakan
pertemuan-pertemuan atau aktivitas seperti kumpul-kumpul dengan orang lain
sehingga dapat bertukar informasi dan membangkitkan semangat hidup. Dengan
adanya acara-acara dan kumpul-kumpul, dapat meningkatkan kualitas hidup baik
fisik maupun psikis.
2.
Dari keluarga dekat hingga keluarga yang jauh, tetangga, teman, dan
masyarakat.
Kontak sosial tidak hanya dapat dilakukan secara langsung tetapi dapat juga melalui sarana-sarana yang ada. Bisa dengan menulis surat, email, pesan melalui media elektronik dan media publikasi tertulis. Selain itu, lansia juga dapat mengisi waktu dengan melakukan aktifitas-aktifitas ringan seperti menyiram bunga, menonton TV, mendengarkan radio, olahraga untuk mengisi waktu dan mengatasi kebosanan mereka sehingga mereka dapat menjadi senang dengan melakukan hobi-hobi. Banyak orang yang takut akan pensiun karena terdapat perubahan-perubahan dari lingkungan, waktu, penghasilan, dan orang-orang di sekitarnya. Sebenarnya hal itu tidaklah perlu ditakuti tetapi malah harus dengan berani dalam menerima adaptasi baru. Hal itu sebaiknya dinilai dengan pemikiran positif. Misalnya ketika pensiun, kita menganggap keadaan tersebut sebagai penggantian aktifitas sehari-hari dengan mengerjakan hal yang dulunya ingin sekali dikerjakan tetapi tertunda karena tidak sempat mengerjakannya sehingga perlu mencapai hal yang tertunda itu ketika kita sudah pensiun. Maka dengan begitu, depresi lansia dapatlah kita jauhkan. Pihak luar juga perlu mendukung para lansia. Dari sisi keluarga, bisa dengan menjenguk lansia dan meluangkan waktu untuk menemani dan menjalin hubungan dengan lansia sehingga lansia pun dapat senang dan tidak bosan. Bagi para lansia, peran keluarga sangatlah penting karena mereka adalah orang-orang yang memiliki ikatan batin yang kuat dengan lansia. Keluarga dapat menjadi pendukung bagi mereka. Juga bila kita dapat memberikan perawatan yang sangat baik kepada lansia-lansia di sekitar kita maka berikanlah yang terbaik untuk mereka.
Kontak sosial tidak hanya dapat dilakukan secara langsung tetapi dapat juga melalui sarana-sarana yang ada. Bisa dengan menulis surat, email, pesan melalui media elektronik dan media publikasi tertulis. Selain itu, lansia juga dapat mengisi waktu dengan melakukan aktifitas-aktifitas ringan seperti menyiram bunga, menonton TV, mendengarkan radio, olahraga untuk mengisi waktu dan mengatasi kebosanan mereka sehingga mereka dapat menjadi senang dengan melakukan hobi-hobi. Banyak orang yang takut akan pensiun karena terdapat perubahan-perubahan dari lingkungan, waktu, penghasilan, dan orang-orang di sekitarnya. Sebenarnya hal itu tidaklah perlu ditakuti tetapi malah harus dengan berani dalam menerima adaptasi baru. Hal itu sebaiknya dinilai dengan pemikiran positif. Misalnya ketika pensiun, kita menganggap keadaan tersebut sebagai penggantian aktifitas sehari-hari dengan mengerjakan hal yang dulunya ingin sekali dikerjakan tetapi tertunda karena tidak sempat mengerjakannya sehingga perlu mencapai hal yang tertunda itu ketika kita sudah pensiun. Maka dengan begitu, depresi lansia dapatlah kita jauhkan. Pihak luar juga perlu mendukung para lansia. Dari sisi keluarga, bisa dengan menjenguk lansia dan meluangkan waktu untuk menemani dan menjalin hubungan dengan lansia sehingga lansia pun dapat senang dan tidak bosan. Bagi para lansia, peran keluarga sangatlah penting karena mereka adalah orang-orang yang memiliki ikatan batin yang kuat dengan lansia. Keluarga dapat menjadi pendukung bagi mereka. Juga bila kita dapat memberikan perawatan yang sangat baik kepada lansia-lansia di sekitar kita maka berikanlah yang terbaik untuk mereka.
Penanganan yang dapat diberikan pada lansia dengan insomnia yaitu :
Lingkungan
Suara gaduh, cahaya, dan
temperatur dapat mengganggu tidur. Lansia sangat sensitif terhadap stimulus
lingkungannya. Penggunaan tutup telinga dan tutup mata dapat mengurangi
pengaruh buruk lingkungan. Temperatur dan alas tidur yang tidak nyaman juga
dapat mengganggu tidur. Kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik di tempat tidur
juga harus dihindari misalnya makan, menonton TV, dan memecahkan
masalah-masalah serius. Faktor-faktor ini mesti dievaluasi ketika berhadapan
dengan lansia yang mengalami gangguan tidur. Lansia mesti dianjurkan untuk
menciptakan suasana yang
nyaman untuk tidur
Diet dan Penggunaan obat
Minum kopi, teh, dan
soda, serta merokok sebelum tidur dapat mengganggu tidur. Alkohol dapat mempercepat
onset tidur tetapi beberapa jam kemudian pasien kembali tidak bisa
tidur. Obat-obat tidur atau obat-obat yang diresepkan untuk gangguan kondisi
medik dapat kadang-kadang dapat mengganggu tidur. Pengaruhnya dapat terjadi
secara berangsur-angsur setelah beberapa lama menggunakan obat tersebut. Pasien
dianjurkan untuk mengurangi atau mengubah jam-jam penggunaan obat atau diet
yang dapat mempengaruhi tidur.
Hal-hal Umum
Edukasi tentang tidur
malam perlu diberikan kepada lansia. Pasien dianjurkan untuk membuat kontak
sosial dan aktivitas fisik secara teratur di siang hari. Pasien harus pula
dibantu untuk menghilangkan kecemasannya. Membaca sampai mengantuk merupakan
salah satu cara untuk menghilangkan kecemasan yang mengganggu tidur
SARAN BAGI PETUGAS PANTI
Petugas panti diharapkan dapat :
Mendokumentasikan angka kejadian depresi dan insomnia pada lansia di panti
sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat.
Membina hubungan yang baik pada lansia dengan cara memberikan rasa aman dan
nyaman serta manganjurkan interaksi yang dapat menambah makna dan tujuan hidup
sehingga dapat memberikan keyakinan bahwa setiap permasalahan dapat
diselesaikan.
Meningkatkan perhatian pada penghuni
panti , membantu klien depresi dengan cara mengidentifikasi hal-hal yang mereka
rasakan dan memberikan arahan yang dapat memperkuat pemikiran bahwa mereka
masih berarti
Mendorong partisipasi klien dalam perawatan diri dan aktivitas lain serta
meningkatkan konsep dirinya dengan memberikan kesempatan kepada klien untuk
melakukan sesuatu (meskipun kecil) dan melakukannya dengan benar
Mengefektifkan kegiatan di siang hari sehingga di malam hari dapat istiraha
secara maksimal
Mengkaji hal-hal yang dapat mengganggu tidur sehingga gangguan pola tidur
dapat teratasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar